Kuliner Nyleneh Perlu Pembakuan Resep - JOGLOSEMAR

Joglosemar | Kukuh Subekti
Lilis Wahyudi
Bendahara BPC Indonesia Chef Association (ICA) Solo

Solo ini di bahasa kuliner merupakan  Kota Keplek Ilat. Kita harus tahu history  dari keplek ilat itu hanya ada di Solo, sebagaimana kita ketahui solo merupakan kota tujuan kuliner.

Orang yang datang ke Solo pasti akan datang untuk mencicipi makanan khas di sini. Kalau mengenai apa yang harus dibenahi saya lihat secara penataan tata kota perlu ditingkatkan misal Galabo, kemudian perapian pedagang-pedagang agar mereka tertata rapi tidak berjualan sembarangan, kemasan packaging, para pelaku usaha  kuliner harus mulai meningkatkan kemasan,  pecel lele itu tampil beda akan menjadi nilai plus.

Solo yang menahbiskan dirinya menjadi Kota Keplek Ilat, menawarkan ragam kulinernya yang lezat dan khas. Kita bisa menemukan tengkleng, timlo, selat Solo, nasi liwet, serabi Notosuman dan soto yang mengundang para wisatawan untuk datang dan berwisata kuliner di Solo.

Kita perlu mengapresiasi upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta  yang melakukan penataan terhadap pelaku kuliner. Salah satunya adalah pembuatan pusat jajanan kuliner khas Solo di kawasan Galabo. Selain itu Pemkot pun sering kali mempertemukan para chef profesional untuk sharing-sharing mengenai display atau penyajian dagangan kuliner.

Hal lain yang kini menarik untuk dicermati adalah pergeseran perilaku konsumen makanan. Jika dulu orang makan mempertimbangkan aspek kelezatan makanan, kini sudah bergeser pada tampilan makanan yang disajikan oleh pengusaha kuliner. Saat ini, perilaku konsumen lebih banyak mengacu pada penyajian kuliner yang Instagramable.

Melihat adanya perubahan perilaku konsumen yang mengarah pada penggeseran rasa kepada tampilan atau bentuk penyajian sebagai utamanya membuat pelaku kuliner semakin kreatif. Salah satunya adalah memberikan nama khusus bagi produk dagangannya. Yang perlu digaris bawahi ketika memberikan nama adalah bahwa nama bukan hanya sekadar nama.

Nama sebuah menu sudah selayaknya memiliki faktor historis yang bisa diterima oleh khalayak. Selain memiliki landasan historis  yang jelas sebuah menu juga perlu memiliki resep baku yang jelas. Termasuk, nama-nama kuliner saat ini yang begitu variatif dan unik. Baik dari segi tampilan maupun rasa. Kemampuan melakukan pembakuan resep  pada menu yang disajikan membuat para konsumen menjadi loyal.

Jumlah konsumen yang datang setiap harinya dan frekuensi kedatangan selama tiga bulan awal menjadi penentu. Jika ternyata selama enam bulan setelah menu dipasarkan responsnya kurang baik maka perlu diputuskan akan dilanjutkan atau diganti dengan menu yang lain. Kuncinya adalah siapa yang menguasai komunikasi bisnis yang baik maka dia yang menguasai roda bisnis. #Kukuh Subekti



http://ift.tt/2hNKbf8

Subscribe to receive free email updates: